Saturday, October 4, 2014

multiple intelligence



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 12 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
Manusia dengan berbagai keunikan dan kelebihannya dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya dikaruniai tiga potensi yang spektakuler, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Jika ketiga aspek ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, maka apa saja yang direncanakan manusia dalam menjalankan aktivitasnya akan berjalan dengan baik. Tujuan sekolah seharusnya mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spectrum kecerdasan mereka masing-masing. Orang yang membantu mewujudkan  hal itu memiliki keyakinan, merasa lebih terlibat dan kompeten. Oleh karena itu, lebih cenderung untuk melayani masyarakat dengan cara konstruktif.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). Makalah ini akan membahas mengenai Multiple Intelligences dalam pembelajaran , semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Multiple Intelegences ?
2.      Apa saja jenis-jenis Multiple Intelegences ?
3.      Bagaimana urgensi Multiple Intelegences dalam dunia pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Definisi Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. Teori kecerdasan yang semula dimaksudkan untuk psikolog telah berkembang  menjadi alat yang digunakan dengan antusias oleh para pendidik diseluruh dunia. Teori Kecerdasan Majemuk memberikan pendekatan pragmatis pada bagaimana kita mendefinisikan kecerdasan dan mengajari kita memanfaatkan kelebihan siswa untuk membantu mereka belajar. Murid yang dapat membaca dan menulis dengan baik masih disebut murid yang cerdas, tetapi mereka ditemani murid-murid lain yang memiliki bakat berbeda. Melalui Kecerdasan Majemuk sekolah dan ruang kelas menjadi tempat yang didalamnya berbagai kecakapan dan kemampuan dapat digunakan untuk belajar dan memecahkan masalah. Menjadi cerdas tidak lagi ditentukan oleh nilai ulangan, tetapi menjadi cerdas ditentukan oleh seberapa baik murid belajar dengan cara yang beragam.[1]
Kata inteligensi sering dimaknai dengan kecerdasan, kemampuan, atau bahkan keahlian. Ketika ada pernyataan yang menyatakan inteligensi seseorang maka yang dimaksud adalah suatu kecerdasan, kemampuan, atau keahlian yang dimiliki seseorang.[2] Kecerdasan majemuk adalah teori yang dicetuskan Howard Gardner[3] untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.
Pada tahun 1979 sebuah tim kecil peneliti di Harvard Graduate School of Education diminta oleh Bernard Van Leer Foundation dari Den Haag untuk melakukan penelitian mengenai topik besar mengenai Sifat Alami dan Realisasi Potensi Manusia. Sebagai anggota junior dari kelompok riset tersebut, Howard Gardner mendapat tugas mengecilkan hati tetapi menghibur. Howard Gardner tidak kurang dari menulis monograf mengenai apa yang telah diterima dalam ilmu pengetahuan manusia mengenai sifat alami manusia belajar. Ketika Howard Gardner mulai penelitian yang mencapai puncaknya dalam penerbitan Frames of Mind pada tahun 1983, saya memandang usaha awal itu sebagai peluang untuk melakukan sintesis usaha riset Howard Gardner dengan anak-anak dan orang dewasa yang cedera otaknya, disamping beberapa penelitian menarik lain yang saya minati.[4]
Sasaran dari Howard Gardner adalah menghasilkan pandangan mengenai pemikiran manusia yang lebih luas dan lebih lengkap ketimbang yang telah diterima dalam penelitian belajar. Target yang diincar adalah teori pengaruh dari Jean Piaget yang memandang semua pemikiran manusia sebagai usaha keras kearah pemikiran ilmiah ideal dan pencetusan buah pemikiran lazim mengenai kecerdasan yang mengaitkannya dengan kemampuan menyediakan jawaban singkat secara cepat pada masalah yang menyangkut keterampilan linguistic dan logika. Seandainya Howard Gardner mampu mengatakan bahwa umat manusia mempunyai bakat berbeda, pernyataan ini akan menjadi tidak kontroversial dan bukunya tidak akan mendapat perhatian. Tetapi beliau dengan sengaja membuat keputusan untuk menulis mengenai “ Kecerdasan Majemuk “. Majemuk menekankan jumlah  kemampuan manusia terpisah yang tidak diketahui, berkisar dari kecerdasan musik sampai kecerdasan yang terlibat dalam memahami diri sendiri : “ kecerdasan “ untuk menggaris bawahi bahwa kemampuan ini bersifat mendasar seperti yang secara historis ditangkap dalam tes IQ.[5]
Tes tersebut, menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis-logis. walaupun dapat mengukur keberhasilan anak di sekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan seseorang di dunia nyata, karena keberhasilan di dunia nyata saat ini mencakup lebih dari sekedar kecakapan Linguistik dan matematis-logis.[6] Pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik, dan penggunaan pendekatan rasional dengan logika-matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis-logis.[7]
Teori kecerdasan majemuk mengajari kita bahwa  semua anak cerdas dalam cara yang berbeda-beda dan semua anak memiliki potensi. Kecerdasan majemuk adalah sebuah model yang mengutamakan siswa dan kurikulum sering dimodifikasi agar sesuai dengan siswa. Mengapa Howard Gardner dengan Multiple Intelligence-nya menyita perhatian masyarakat ? setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang dirubah oleh Howard Gardner.
1.      Kecerdasan tidak dibatasi Tes Formal
Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam achievement test ( tes formal). Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang itu selalu berkembang. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis hanya menilai kecerdasan pada saat  itu, tidak untuk satu bulan lagi, apalagi sepuluh tahun lagi. Menurut Gardner kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal, kebiasaan adalah prilaku yang dilakukan berulang-ulang. Dalam bukunya yang terkenal, Smart Baby, Clever Child, Valentine Dmitriev mengatakan bahwa ada dua faktor dalam perkembangan otak manusia yang menjadikan beberapa orang lebih pandai daripada orang lain. Faktor itu adalah keturunan dan lingkungan.[8]
2.      Kecerdasan itu Multidimensi
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal ( berbahasa) atau kecerdasan logika. Kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. Terkadang, kondisi akhir terbaik seseorang ini tidak terbatas pada satu kondisi saja.[9]
3.      Kecerdasan, Proses Discovering Ability
Multiple Intelligences punya metode discovery ability yang artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecendrungan jenis kecerdasan tertentu. Multiple Intellligence menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur  ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu dalam menemukan kecerdasannya seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik itu guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan disuatu Negara.[10]

B.  Sembilan  Kecerdasan dalam Pandangan Howard Gardner
Suatu kecerdasan juga harus sensitive pada penyandian dalam system simbol-sistem arti yang dirancang untuk menangkap dan menyampaikan bentuk informasi yang penting. Bahasa, gambar, dan matematika adalah tiga simbol yang nyaris mendunia yang penting bagi mempertahankan hidup dan produktivitas manusia.
1.    Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik merupakan kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Selain itu kecerdasan musikal juga bisa dikatakan kemampuan berpikir dengan nada, ritme, irama, dan melodi juga pada suara alam.[11] Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh pencipta lagu, pesinetron, orang-orang yang peka dengan nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan orang yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu. Orang-orang dengan inteligensi musikal yang menonjol akan sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka akan dengan mudah belajar dan bermain musik dengan baik.[12] Karakterisitik individu yang menunjukkan kemampuan inteligensi musikal yakni :
a.         pandai mengubah dan menciptakan musik, senang bernyanyi, bersenandung, dan pandai memainkan alat musik,
b.       mudah menangkap musik dan peka terhadap suara dan musik,
c.       serta dapat membedakan bunyi berbagai alat musik dan gerak sesuai irama.
Secara singkat, bukti mendukung interpretasi kemampuan musik sebagai kecerdasan berasal dari sumber yang berbeda. Walaupun keterampilan musik pada umumnya tidak dianggap keterampilan intelektual seperti matematika, keterampilan ini memenuhi kriteria kami.[13]

2.    Kecerdasan Gerakan Badan
Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan atau bisa juga disebut dengan kemampuan mengekspresikan gagasan atau perasaan.[14] Inteligensi gerakan badan ini banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, actor, ahli bedah, dan penerjemah bahasa gerak tubuh. Orang-orang dengan inteligensi gerakan badan yang menonjol akan sangat mudah mengungkapkan diri dengan gerakan tubuh mereka. Orang-orang dengan inteligensi gerkan badan akan sangat menikmati kegiatan fisik sperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, ataupun berenang.[15] Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan gerakan-badan yakni :
a.    Senang menari dan akting, pandai dan aktif dalam olahraga tertentu, dan mudah berekspresi dengan tubuh
b.    Mampu memainkan mimik dan cenderung menggunakan bahasa tubuh
c.    Senang dan efektif berpikir dan sambil berjalan, berlari dan olahraga
Kemampuan menggunakan badan seseorang untuk menyatakan emosi ( seperti dalam dansa ), dan melakukan permainan ( seperti dalam olahraga ) atau untuk menciptakan produk baru ( seperti dalam mewujudkan penemuan ) merupakan bukti dari sifat kognitif dari penggunaan badan.
3.    Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan untuk menangani bilangan perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah. Selain itu kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis.[16] Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang matematikawan, logikus, saintis, akuntan, programmer, teknisi, analisis budget, ahli sipil, dan ilmuwan. Pada dasarnya, matematikwan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol dalam inteligensi logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapai permasalahan aritmatika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika.[17] Karakteristik individu yang memiliki kemampuan ini adalah :
a.    Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki
b.    Senang dan pandai berhitung dan bermain angka
c.    Senang mengorganisasikan sesuatu dan menyusun scenario
d.   Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif
e.    Senang berpikir abstraksi dan simbolis serta mengoleksi benda-benda.
4.    Kecerdasan Linguistik
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif, baik secara oral maupun tertulis. Kecerdasan linguistik bisa juga disebut dengan kecerdasan berbahasa yang mencakup kemampuan berpikir dengan kata-kata seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan.[18] Orang-orang yang memiliki kecerdasan linguistik dalam mengungkapkan suatu fakta, orang-orang berinteligensi linguistik tinggi ini akan menceritakan dengan perbendaharaan kata yang variatif sehingga tidak menjemukan untuk didengar.[19] Karakteristik individu yang menunjukkan kecerdasan linguistik atau bahasa adalah :
a.    Senang membaca buku atau apa saja, mendongeng atau bercerita
b.    Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi dan berbahasa asing
c.    Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan
5.    Kecerdasan Ruang-visual
Kecerdasan ruang merupakan kemampuan untuk menangkap dunia ruang-spasial dengan tepat, dalam artian bahwa kemampuan untuk membayangkan suatu obyek. Kecerdasan jenis ini banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, mekanik, navigator, decorator, pilot, atau pemburu.  Gardner mengakui bahwa pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas penglihatan dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang  berhubungan dengan pengalaman visualnya.[20] Karakteristik individu yangmenunjukkan kecerdasan ruang adalah :
a.    Senang merancang gambar, desain, dan peka terhadap citra serta warna
b.    Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya secara aktif
c.    Mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai perpsepsi yang tepat dari berbagai  sudut dan senang membuat rumah-rumah dari balok

6.    Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan inter-personal merupakan kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain atau kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara baik.[21]  Anak yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi merupakan anak yang memiliki kecerdasan inter-personal yang baik. Kecerdasan interpersonal ini banyak dimiliki oleh para komunikator, fasilitator, penggerak massa, politikus, terapis, trainer, konselor, diplomat, konsultan manajemen, dan negosiator. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal bias mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab social yang besar.[22]  Karakteristik individu yang menunjukkan kecerdasan inter-personal adalah :
a.    Mampu berorganisasi dan mampu menjadi pemimpin dalam suatu organisasi
b.    Mampu bersosialisasi dan menjadi moderator
c.    Senang permainan berkelompok daripada individu
d.   Mampu bekerja sama dengan teman
e.    Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal
f.     Senang berkomunikasi verbal dan non-verbal
g.    Peka terhadap teman dan suka member feedback



7.    Kecerdasan Intra-personal
Kecerdasan intra personal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri itu.[23] Orang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi bukan  berarti memiliki kecendrungann untuk bekerja sendiri atau mengurung diri. Akan tetapi, mampu mengenali dirinya dengan baik dan memiliki manajemen diri yang baik sehingga mampu mengendalikan berbagai kegiatan dan pekerjaan sendiri tanpa menunggu instruksi orang lain.[24] Karakteristik individu yang menunjukkan kecerdassan intra-personal adalah :
a.    Mampu menilai diri sendiri atau introspeksi diri
b.    Berkonsentrasi
c.    Keseimbangan diri
d.   Reflektif dan bekerja mandiri
e.    Udah mengelola dan menguasai perasaannya dan sering mengamati serta mendengarkan
f.     Mampu merancang dan menyusun tujuan serta cita-cita dan planning hidup
8.    Kecerdasan Naturalistik[25]
Kecerdasan naturalistik oleh Howard Gardner diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani serta mengembangkan pengetahuan akan alam. Para pecinta alam adalah contoh orang yang tergolong sebagai orang-orang yang memiliki kecerdassan ini. Ada banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis seperti petani, ilmuwan, ahli tanah dan orang yang berciri khas mengamati prilaku alam. Orang-orang yang memiliki kecerdasan naturalis biasanya mampu hidup diluar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam.

 Secara umum, orang dengan kecerdasan naturalistic yang menonjol memiliki kemampuan untuk :
a.    Mengenal flora dan fauna
b.    Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang
c.    Menyukai alam dan hidup diluar rumah

9.      Kecerdasan Eksistensial[26]
Kecerdasan eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam terkait eksistensi manusia. Kecerdasan jenis ini tampak pada filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba  menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial sering melontarkan pertanyaan yang jarang dipikirkan oleh orang lain bahkan pendidiknya sendiri. Misalnya “ apa semua manusia akan mati ” ? kalau semua akan mati, kenapa aku hidup ? pada umumnya orang yang menonjol kecerdasan eksistensialnya juga berkemampuan untuk :
a.    Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri/manusia
b.    Melakukan refleksi diri
c.    Kontemplasi diri
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita Tarik sebuah pemahaman bahwa Multiple Intelligences menyarankan kapada kita semua untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Tentu, dalam menemukan kecerdasannya, seorang anak harus dibantu oleh lingkungannya baik itu orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan disuatu Negara. Betapa banyak contoh tokoh-tokoh yang cerdas, terkenal, dan bermanfaat bagi masyarakat yang ada didunia.[27] Berikut ada beberapa contoh tokoh-tokoh yang terkenal dan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki.


Tokoh dan kecerdasan yang dimiliki
Tokoh
Kecerdasan Yang Diasah
Kondisi Akhir Terbaik
Billl Gates
Logis matematis
Pendiri perusahaan Microsoft, orang terkaya diplanet bumi
Ghefira Nurfatimah
Linguistik
Pemegang rekor MURI untuk penulis temuda di Indonesia
Jeane Phialsa ( Alsa )
Musikal
Drummer professional termuda di Indonesia
Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’I
Spasial visual
Hafal Alqur’an beserta maknanya dengan metode photocopy memory
Franklin D. Roosevelt
Inter-personal
Menjadi presiden Amerika serikat pada perang dunia II masa tersulit dalam sejarah Amerika
Lionel Messi
Kinestetis
Pemain bola  yang sudah berapa kali menjadi pemain terbaik dan berpredikat kelas dunia
Mario Teguh
Intra-personal
Motivator success di Indonesia dengan berbagai penghargaan

C.  Urgensi  Kecerdasan Majemuk Dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan sejatinya merupakan proses pendewasaan yang tidak hanya menyentuh ranah kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, tujuan pendidikan berujung pada pendewasaan seseorang atau pribadi, yang tidak hanya pada aspek kognitifnya saja, tetapi juga afektif secara psikomotorik. Ketiga aspek tersebut harus benar-benar dirangkul dalam pendidikan yang merupakan upaya mendewasakan sesorang. Melalui pendidikan, manusia dapat dikatakan sekaligus juga berproses menuju dewasa, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Karena sejatinya orang yang dewasa adalah orang yang matang secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Maka, melalui pendidikan beberapa aspek kedewasaan diri ini mencoba disentuh.[28]
Dalam proses pendidikan, kognitif digugah dan dikembangkan dengan berbagai kegiatan rangsangan yang menyenangkan agar segala sisi otak dapat bekerja secara maksimal. Daya nalar, memori, dan pemikiran menjadi proyek garapan pendidikan sehingga kemudian dapat tercipta aspek kognitif yang terasah dan senantiasa berkembang. Tidak hanya itu, pendidikan pun sejatinya tidak meninggalkan aspek afektif. Hal ini dimaksudkan bahwa sejatinya pendidikan tidak hanya mencetak pribadi yang tinggi dan berkualitas dalam kognoitifnya saja, tetapi juga dalam bersikap (sisi afektif).[29]
Lebih dari itu, pendidikan juga memikul tanggung jawab dalam segi psikomotorik. Pendidikan mencoba menggugahnya dengan membiasakan peserta didik untuk mengimplementasikan segala yang telah didapatkan melalui proses pendidikan. Dengan begitu, memlalui pendidikan peserta didik tidak hanya digugah dan dikembangkan sisi pemikiran atau nalarnya saja, tetapi juga sikap dan kleahliannya dalam mengimplementasikan segala ilmu pengetahuan atau materi yang telah diperoleh. Pendidikan dengan segala aspek dan perangkatnya bertujuan dan memikul tanggung jawab untuk mendewasakan pribadi peserta didik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendewasaan yang menjadi tujuan pendidikan adalah dewasa yang mencakup segala lini, yaitu; fisik, mental emosional, dan spiritual.
Sejalan dengan teori multiple-intelegences, yang menjadi sentuhan pendidikan bukan hanya kognitif, melainkan pula afektif dan psikomotorik. Setiap manusia tidak hanya memiliki satu jenis kecerdasan, tetapi beragam. Kesepadanan ini setidaknya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan begitu pentingnya nilai multiple-intelegences dalam dunia pendidikan. Dengan segala asumsinya, teori ini akan dapat meningklatkan kualitas pendidikan jika memang benar-benar diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Secara radikal, teori dari Howard Gardner akan membuat pendidik, pengelola lembaga pendidikan, dan segala komponen yang berkecimpungt dalam dunia pendidikan merefleksi diri dan ionterospeksi terutama dalam upaya pelaksanaan pendidikan selama ini.[30]
Melalui teori multiple-intelegences, pendidikan dan segala aspek di dalamnya akan mengurai kembali, bagaimana jalan dan implementasinya, bagaimana kemudian teori multiple-intelegences ini berpengaruh dan memberikan feel yang cukup terasa dalam tubuh pendidikan, bahkan secara otomatis, teori multiple-intelegences akan memaksa pendidikan akan segera interospeksi, melakukan evaluasi, mengubah, dan berbenah diri. Sekurang-kurangmya pendidikan akan meningkatkan diri dan kualitasnya, dengan kehadiran teori multiple-intelegences. Karena sejatinya teori multiple-intelegences telah dan dapat berpengaruh pada komponen-komponen penting dalam tubuh pendidikan. Pengaruh tersebut dapat tercermin dalam pola piker pelaksanaan dan pegiat pendidikan, misalnya; pada kurikulum, pada pola pembelajaran, pengelolaan kelas, bahkan dalam evaluasi pendidikann nantinya. Dengan demikian, kehadiran teori multiple-intelegences dirasa cukup penting bagi dunia penidikan.[31]
Sebagaimana yang telah diketahui, berdasarkan dan bertolak dari teori kecerdasan majemuk yang digagas Howard Gardner, setiap manusia memiliki Sembilan jenis kecerdasan. Namun demikian, bagi orang-orang tertentu suatu kecerdasan lebih menonjol dari kecerdasan yang lain. Sembilan kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik dapat dikembangkan dan ditingkatkan secara maksimal sehingga dapat berfungsi bagi peserta didik tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Howard Gardner, didalam pembelajaran peserta didik akan mudah menangkap materi yang disampaikan pendidik apabila materi yang disampaikan dengan menggunakan inteligensi yang menonjol pada peserta didik tersebut. Namun, yang menjadi permasalahan kemudian adalah pendidik biasanya cenderung menggunakan gaya dan model pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang menonjol dalam dirinya dan mengabaikan kecerdasan yang ada dan menonjol pada peserta didik.[32]



D.  Tantangan Dalam Aplikasi Multiple Intelligences di dunia Pendidikan di Indonesia
Ada beberapa tantangan ketika Multiple Intelligence ingin diiplementasikan di Indonesia, tantangan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Beberapa element sistem pendidikan kita masih kurang sejalan dengan sistem pendidikan yang  proporsional
Proporsional bukan hanya sebatas keseimbangan tetapi juga manusiawi. Secara teoritis, sistem pendidikan yang tidak  proporsional tersebut terdapat pada alur pendidikan, mulai dari input, output, proses, dan juga output.
2.      Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia
Benarkah indikator sekolah unggul itu harus dititik beratkan pada the best input ? artinya, sekolah unggul adalah sekolah yang memilih dan menyeleksi siswa-siswa yang akan masuk kedalam sekolah itu secara ketat ? jika sekolah tersebut hanya menerima siswa-siswa yang pandai, lalu bagaimana dengan siswa-siswa yang tidak pandai ?
3.      Implementasi kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi akhir pendidikan
Isu Ujian Nasional masih menjadi dilema pada sistem pendidikan kita. Bagaimana sebenarnya fungsi dan esensi UAN tersebut ? banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa UAN justru bertentangan dengan kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi. Namun, tidak sedikit juga ahli pendidikan yang menginginkan UAN tetap diberlakukan.
4.      Proses belajar yang masih menggunakan kreativitas tingkat tinggi
Dalam hal ini, permasalahan terletak pada rendahnya kemampuan guru mengajar dengan kreativitas yang baru dan menarik. Kurangnya kualitas guru mengindikasikan bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Hal ini terkait dengan banyak hal yang lebih mendasar, seperti bagaimana kualitas dan rutinitas program pelatihan dan pengembangan guru yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan setempat maupun oleh sekolah masing-masing ?
5.      Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar, masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif
Di kurikulum-kurikulum sebelumnya penilaian autentik hanya berperan dalam kelompok minoritas dan tidak begitu memiliki peran yang begitu signifikan. Semoga dikurikulum 2013 penilaian autentik benar-benar berjalan secara maksimal dan komprehensif.
BAB III
KESIMPULAN
Kecerdasan adalah bagaimana seorang individu mampu memecahkan suatu persoalan secara mandiri dan menghasilkan produk baru yang mempunyai nilai kreativitas. Kecerdasan seseorang itu berkembang ( dinamis ), tidak statis. Multiple intelligences adalah sebuah teori yang menekankan bahwa setiap anak memliki kecerdasan, tetapi mereka cerdas  dengan cara yang berbeda-beda. Untuk mengetahui kecerdasan seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu menyelesaikan persoalan nyata dalam hidupnya, bukan hanya sekedar menilai kemampuannya dalam menyelesaikan tes dan soal-soal tertulis diatas meja. Penerapan teori multiple intelegensi dalam program pembelajaran dapat dikembangkan dengan menggunakan program pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi.
Ada Sembilan kecerdasan yang di rumuskan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intelligences, diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan gerakan badan, kecerdasan ruang visual, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial.



Daftar Pustaka
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007.

Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,  Bandung : Kaifa, 2009.

Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik, Tangerang : Interaksara, 2013.

Hoerr, Thomas,  Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis, Missouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007.

Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences : Membangkitkan Potensi Kecerdasan Siswa dalam Praktik Pembelejaran, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012.

Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo, 2004.

Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008.

Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar : Optimalisasi Kecerdasan Melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013.





[1] Hoerr, Thomas,  Buku Kerja Multiple Intelligences : Pengalaman New City School di St. Louis, Missouri, AS dalam Menghargai Aneka Kecerdasan Anak. Bandung : Kaifa, 2007. Hlm 7.
[2] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar : Optimalisasi Kecerdasan Melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm 81.
[3] Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan. Dia lahir pada tanggal 11 juli 1943 di Scranton, Pennsylvania. Dalam perjalanan karirnya, pada tahun 1995-sekarang dia menjabat sebagai ketua tim Proyek Zero di Harvard Graduate School of Education, yaitu kelompok penelitian yang bertujuan untuk memperkuat pendidikan seni. Melalui penelitian diproyek itulah dia menemukan teori kecerdasan majemuk yang kemudian dipublikasikan pertama kali dengan terbitnya buku Frames of Mind pada tahun 1983. Lihat Ladislaus Naisaban, para psikolog terkemuka dunia : riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta : Grasindo, 2004. Hlm 158-162.
[4] Gardner, Howard, Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik. Tangerang : Interaksara, 2013. Hlm 7.
[5] Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 8.
[6] Thomas, R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligence, terjemahan Ary Nilandari. Bandung : Mizan Pustakaa, 2007, hlm 9-10.
[7] Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan aplikasinya disekolah : Cara Menerapkan Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, Yogyakarta : Kanisius, 2008, hlm 6.
[8] Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung : Kaifa, 2009. Hlm 70-71.
[9] Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia..,hlm 75-76.
[10] Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia..,hlm 77-78.
[11] Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 39.
[12] Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 95.
[13] Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 40-42.
[14] Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 41.
[15] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 93-94.
[16] Gardner, Howard, Multiple Intelligences.., Hlm 43.
[17] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 90.
[18] Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung : Nuansa Cendikia, 2012, hlm 17
[19] Ibid.., hlm 88-89.
[20] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 92.
[21] Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26.
[22] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 96.
[23] Julia, Jasmine, Metode Mengajar..,hlm 26.
[24] Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98.
[25] Ibid..,hlm 98-99.
[26] Ibid..,hlm 100
[27] Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia..,hlm 75-76
[28] Ula, Shoimatul, Revolusi Belajar..,hlm 123.
[29] Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007, hlm 152.
[30] Ula, Shoiimatul, Revolusi Belajar..,hlm 98.
[31] Ibid..,hlm 124.
[32] Ibid.., hlm 127.

No comments:

Post a Comment