Friday, October 17, 2014

strategi pembelajaran inkuiri dan discovery



 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Menyimak sinergisme kinerja para pendidik (guru) saat ini tentu memerlukan perhatian yang sangat serius mengingat persoalan guru cukup kompleks dan hampir mencakup segala sendi kehidupan. Melihat kehidupan negara-negara maju yang telah beralih dari kekuatan yang berbasis ideologi, ekonomi, militer, teknologi kepada pembinaan kekuatan yang berbasis ilmu pengetahuan, profesionalisme bidang pengelolaan pendidikan menjadi utama dan mengemuka. Dapat dikatakan bahwa persoalan pendidikan dengan beragam gejolak yang melekat padanya adalah satu fenomena lazim yang terkadang dipahami segelintir orang sebagai rutinitas. Sebagai bagian dari pembelajaran manusia, pendidikan terkadang disikapi  kurang antusias.[1]
Dengan memperhatikan upaya reformasi pembelajaran yang sedang berkembang di Indonesia, saat ini para guru atau calon guru banyak ditawari dengan aneka pilihan model ataupun strategi pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian ( penelitian akademik maupun penelitian tindakan ) masih sulit menemukan sumber-sumber literaturnya. Namun jika para guru telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses pembelajaran, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif untuk mencoba dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan yang tentunya semakin memperkaya khazanah model dan strategi pembelajaran yang sudah ada.[2]
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yakni aspek intelektual, psikologi, dan biologis.[3]
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan untuk memenangkan suatu peperangan. Dalam mengatur strategi seseorang akan terlebih dahulu menimbang kekuatan pasukan yang dimilikinya baik kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semua diketahui, baru ia menyusun tindakan yang harus dilakukan; siasat peperangan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan sebuah serangan. Dengan demikian, dalam menyusun strategi perlu diperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.[4] Terkait strategi pembelajaran inkuiri dan dicovery yang akan penulis bahas merupakan salah satu dari sekian banyak strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik di lapangan. Secara garis besar discovery dan inkuiri dapat dimaknai sebagai strategi pembelajaran yang lebih menekankan aspek kognitif, lebih jelasnya akan kita  bahas di dalam tulisan ini.

B.       Rumusan Masalah
Agar materi yang penulis buat lebih terstruktur dan sistematis, rumusan permasalahannya sebagai berikut.
1.      Bagaimana konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri dan discovery?
2.      Apa prinsip dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dan discovery?
3.      Bagaimana langkah dari pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri dan discovery?
4.      Apa saja kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran inkuiri dan discovery?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar Strategi  Pembelajaran Inkuiri dan Discovery
1.        Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini, belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi membuat pengetahuan yang diperoleh bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir.[5] Discovery dan inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki  secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan prilaku.[6]
Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan rasa percaya diri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman.[7]
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis  untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Strategi pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak dilahirkan kedunia manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam sekitarnya merupakan kodratnya. Manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingin tahuan manusia secar terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.[8]
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri[9]:
a.    Pertama, strategi inkuiri menekankan  kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b.    Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c.    Ketiga, tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sitematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:[10]
a.         Guru mengharapkan siswa dapat menemukam sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, tapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
b.         Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c.         Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d.        Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
e.         Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
f.          Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
2.        Prinsip-Prinsip Penggunaan
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual siswa. Perkembangan mental (intelektual), menurut Piaget, dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
a.       Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak.
b.      Physical experience adalah tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas dan daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide.[11]
c.       Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman sosial yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman sosial yang akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan argumentasi dengan orang lain. Kedua, melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egocentric-nya. Sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman semacam itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental seperti kerendahan hati, toleransi, kejujuran etika, moral, dan lain sebagainya.
d.      Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada pengetahuan baru yang ditemukannya. Adakalanya anak dituntut untuk memperbaharui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.[12]
1)        Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri tidak ditemukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasi materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesutu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, sehingga setiap gagasan yang dapat ditemukan.
2)        Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menemukan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur intarksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3)        Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasi oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.
4)        Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi belajar adalah proses bepikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.


5)        Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
3.        Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:[13]
a.         Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilam strategi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuannya ini tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
1)      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2)      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
b.         Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki karena masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa di dorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:
1)      Masalahnya hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Karenanya, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari.
2)      Masalah yang dikaji mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurur guru jawabannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
3)      Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, jika ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
c.         Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnyasudah dimiliki sejak ia lahir. Potensi itu dimulai dari kemampuan untuk menebak atau mengira-ngira suatu permasalahan. Ketika individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara, atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji.
d.        Mengumpulkan data
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e.         Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f.          Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripkisikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
4.        Kesulitan-kesulitan dalam Implementasinya
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap baru, khususnya di Indonesia. Sebagai salah suatu strategi baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan.[14]  
a)         Pertama, SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankann kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menganggap SPI sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan, karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia.
b)        Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima matrei pelajaran dari guru, sebagai sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar yang demikian sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka sulit mengubah pola belajar mereka dapat menjadikan belajar sebagai proses berpikir. Mereka akan kesulitan ketika diajak memecahkan suatu persoalan.
c)         Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan yang menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat menngembangankan kemampuan berpikir melalui pendekatan active learning atau yang dikenal dengan CBSA atau KBK, namun di lain pihak sistem evaluasi yang digunakan masih UAN berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. 
5.        Keunggulan dan Kelemahannya
a.         Keunggulan
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1)      Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajaranya.
3)      Sesuai dengan perkembangannya psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku lewat pengalaman.
4)      Mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
5)      Peserta didik lebih aktif dalam mengolah dan mencari informasi.[15]
b.         Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, strategi ini juga memiliki kelemahan, antaranya sebagai berikut:
1)      Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2)      Tidak mudah mendesainnya, karena terbentur pada kebiasaan siswa.
3)      Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang, sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4)      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi, maka pembelajaran inkuiri sulit di implementasikan.
6.        Model-model Pembelajaran Inkuiri
Beberapa macam model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge diantaranya:[16]
a)    Guide inquiry. Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Inkuiri terbimbing hanya bisa digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
b)   Modified inquiry. Cirinya yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban.
c)    Free inquiry. Pada model ini siswa harus mengidentifkasikan dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan. jenis model ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.
d)   Inquiry role approach. Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.
e)    Invitation into inquiry. Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang ditempuh para ilmuwan.
f)    Pictorial riddle. Pada model ini merupakan metode mengajar yang dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar, gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir  kritis dan kreatif para siswa.
g)   Synectis lesson. Model ini lebih memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
h)   Value clarification. Pada model ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.

B.     Strategi pembelajaran Discovery
Secara sederhana discovery learning dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.[17] Strategi  pembelajaran discovery learning lebih dikenal dengan penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.[18] Kata penemuan sebagai strategi pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab sudah diketahui oleh orang lain. Metode penemuan merupakan komponen dari suatu bagian praktik pendidikan yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajar heuristic, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi kepada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Metode penemuan adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, mencerna, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan.[19]
Metode discovery learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.[20] Metode discovery learning adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.[21]
1.      Tujuan Implementasi Strategi Pembelajaran Discovery
Metode mempunyai peran yang cukup besar dalam sistem pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh relevansi penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan.
Metode penemuan sebagai metode belajar mengajar digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut: (a) Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar; (b) Mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup; (c) Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber; (d) informasi yang diperlukan oleh para siswa; (e) Melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak pernah tuntas digali.[22] Penggunaan metode discovery learning ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery learning memiliki tujuan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat  sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.[23]

2.      Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Discovery

Syarat utama metode discovery learning ada pada potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Potensi itu meliputi: kemandirian siswa dalam data, keaktifan dalam memecahkan masalah, kepercayaan pada diri sendiri. Kelebihan metode penemuan, yaitu: siswa dapat mengerti konsep dasar lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan, pengetahuan mudah ditransfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisatif sendiri, memberi kepuasan instrinsik, serta pembelajaran lebih baik.[24] Strategi pembelajaran discovery memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut[25]:
a)    Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andai kata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin.
b)   Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer
c)    Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan
d)   metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri
e)    metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus
f)    Metode discovery learning dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
g)   Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesama dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya.
Sementara kelemahan metode discovery learning adalah sebagai berikut:
a)    Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b)   Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c)     Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d)   Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.
e)    dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada.









BAB III
KESIMPULAN
Strategi pembelajaran inkuiri dan discovery merupakan suatu upaya yang di peruntukkan bagi para guru agar lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Secara istilah dapat dimaknai dengan mencari dan menemukan. Pembelajaran inkuiri dan discovery merupakan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Antara strategi pembelajaran discovery dan inkuiri sendiri memang memiliki perbedaan, namun perbedaannya akan lebih terlihat ketika proses akhir.
Strategi pembelajaran inkuiri dan discovery merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.




DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran (Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2004).

Aswan Zain Syaiful Bahri Djamarah, , Strategi Belajar Mengajar, cet. Ke-4( Jakarta: Rinek Cipta, 2010).

Cucu Suhan, Hanafiah, , Konsep Strategi Pembelajaran, cet. Ke-1 (Bandung: Refika Aditama, 2009).

Hamruni, Strategi Pembelajaran ( Yogyakarta: Insan Madani,2012).

Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Menyenangkan (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN SUKA,2009).

Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, cet. Ke-3( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009).

Madjid Abdul, Strategi Pembelajaran ( Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 1.
Mulyani Arifin, Pedoman Pelaksanaan Mengajarkan (Jakarta: Depdikbud, 2000).

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2001).

Rohani, Penerapan Metode Discovery learning, (Online: http://www.riyantoyosapat. com/ search.

Suryosubroto, Metode Discovery learning, (Online: http://nilaieka.blogspot.com/2010 /01/ metode-discovery learning.html.

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013).

Wahyana, Strategi Belajar Mengajar  (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1992).
                          


[1] Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, cet. Ke-3( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), hlm. 7.
[2] Abdul Madjid, Strategi Pembelajaran ( Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 1.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, cet. Ke-4( Jakarta: Rinek Cipta, 2010), hlm. 1.
[4] Hamruni, Strategi Pembelajaran ( Yogyakarta: Insan Madani,2012), hlm. 1.
[5] Hamruni, Strategi..,hlm. 87.
[6] Hanafiah, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, cet. Ke-1 (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 77.
[7] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013), hlm. 115.
[8] Hamruni, Strategi..,hlm.  88
[9] Ibid..,hlm.  89
[10] Ibid.., hlm. 90
[11] Suyadi, Strategi Pembelajaran..,hlm.118.
[12] Hamruni, Strategi..,hlm.  92.
[13] Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Menyenangkan (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN SUKA,2009) hlm. 138-141
[14] Hamruni, Strategi dan..,hlm. 142.
[15] Suyadi, Strategi Pembelajaran..,hlm.126.
[16] Hamruni, Strategi dan..,hlm. 144-146.
[17] Wahyana, Strategi Belajar Mengajar  (Yogyakarta: IKIP Yogyakarta, 1992), hlm. 25.
[18]Suyitno Amin, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran (Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2004), hlm. 5.
[19] Suyitno Amin, Dasar-dasar..,hlm. 5.
[20] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 20.
[21] Rohani, Penerapan Metode Discovery learning, (Online: http://www.riyantoyosapat. com/ search. 2004. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014

[22] Suyitno Amin, Dasar-dasar..,hlm. 5-6.
[23] Roestiyah, Strategi..,hlm. 20.
[24] Arifin Mulyani, Pedoman Pelaksanaan Mengajarkan (Jakarta: Depdikbud, 2000), hlm. 8.
[25] Suryosubroto, Metode Discovery learning, (Online: http://nilaieka.blogspot.com/2010 /01/ metode-discovery learning.html, 2010. Di akses pada tanggal 1 Oktober 2014

1 comment: